Selasa, 26 Februari 2013

Starbuks Coffe ☺


Pada awalnya, Howard Schultz adalah seorang general manager di sebuah perusahaan yang bernama Hammarplast. Suatu hari, ia mengunjungi Starbucks yang pada masa itu hanyalah sebuah toko kecil pengecer biji-biji kopi yang telah disangrai. Toko itu dimiliki oleh Jerry Baldwin dan Gordon Bowker.
Melihat kegairahan mereka tentang bisnis kopi, Howard pun memutuskan tuk bergabung dengan Starbucks. Sampai pada suatu ketika, Howard datang dengan ide yang ia fikir sangat cemerlang. Ia mendesak Jerry untuk mengubah Starbucks menjadi bar espresso dengan gaya Italia. Karena saat itu Jerry menganggap Starbucks sedang dilanda krisis hutang, ia menolak mentah-mentah gagasan Howard. Meski setelah melewati perdebatan panjang hingga menjurus ke pertengkaran, ide itu tak jua menemui titik temu.
Namun Howard tak menyerah. Ia lalu mendirikan perusahaan sendiri. Dan belajar dari apa yang tengah dialami Starbucks, Howard sama sekali tak mau berhutang. Ia memilih berjuang tuk mencari sendiri investor-investor yang berminat.
Hasilnya bisa ditebak. Pilihan itu harus dibayar dengan kerja yang teramat keras. Ditolak dan direndahkan menjadi bagian keseharian yang harus dihadapi oleh Howard.
Dan tekad itu akhirnya suatu saat pun terwujud. Bahkan dengan uang yang terkumpul dari usahanya, Howard mampu membeli Starbucks langsung dari pendirinya. Tapi ternyata proses akuisisi tak semudah yang diduga karena ternyata banyak karyawan yang curiga dan memandang sinis perubahan yang dibawanya.
Disinilah sikap seorang Howard diuji. Bukannya memecat seluruh karyawan dan mengisinya dengan karyawan-karyawan baru, Howard malah memilih tuk sebisa mungkin tetap merangkul karyawan lama dengan sistem kekeluargaan. Tak hanya itu, para karyawan pun diberi opsi saham perusahaan sehingga sense of belonging (perasaan memiliki) mereka kian tinggi.
Kini, Starbucks Coffee seakan menjadi brand kedai kopi yang paling meroket reputasinya. Tak kurang dari puluhan ribu cabang di seluruh dunia, Starbucks siap memanjakan para penikmat kopi espresso dengan prinsip yang selalu ditanamkan oleh Howard kepada tiap karyawanannya, yaitu utamakan keramahan pada konsumen.

Bagaimana dengan kita?

Setiap dari kita pasti memiliki mimpi. Dan hingga pada suatu ketika mimpi itu terbentur oleh halangan, kisah Starbucks Coffee memberi beberapa pelajaran penting, yakni:
  • Perbedaan cara pandang adalah biasa, dan sikap kita tuk menghadapinya adalah 100 persen pilihan dari kita sendiri.
  • Tekad dan Prinsip yang yelah di pegang harus dipertahankan kuat-kuat, karena meski membutuhkan waktu cukup lama tuk mewujudkannya, impian itu pun kelak dapat teraih.
  • Utamakan keramahan dan sifat kekeluargaan, karena sesuatu yang dilandasi oleh kepercayaan (trust) akan lebih langgeng ketimbang kode-kode etik yang tertulis dimanapun.
Yah, sekelumit inspirasi dari Starbucks Coffee. Semoga mencerahkan Anda dan juga bahan pembelajaran saya tuk menjadi pribadi yang lebih dari hari kemarin.





Well, selamat bersulang kopi! *tos:)

   

Tidak ada komentar:

Posting Komentar